Jumat, 30 September 2011

Kasih Tak Terbatas


Seorang pemuda hanya tertunduk lesu, memandang tiang gantungan yang menanti di hadapannya. Andaikan ia tahu akan berakhir begini, tentu tidak akan sekarang ... sudah terlambat. Seorang petugas mengikatnya dengan tali dan mempersiapkannya untuk digantung. Sambil menuju tiang gantungan, terlintas di pikirannya, ibunya yang juga satu-satunya keluarganya yang tinggal, sedang menangisinya. Kini hanya tinggal menunggu lonceng. Ya, tinggal menunggu sedentang lonceng dan ia akan meninggalkan dunia fana ini untuk selama-lamanya. Peraturannya saat itu, hukuman gantung dilaksanakan setelah lonceng besar berbunyi. Ia sudah pasrah dan menunggu ajalnya.

Saat itu pukul 11 siang hari. Ditunggunya satu jam ... dua jam ... lonceng tidak juga berbunyi hingga pukul 2 siang. "Akh, berarti kematianku sudah sangat dekat?" pikir si pemuda. Tapi lonceng tidak juga berdentang hingga pukul 5 sore. Lonceng itu memang bergerak sejak siang, namun ternyata bukan bunyi yang dikeluarkannya, melainkan tetesan darah !!!  Di tengah-tengah lonceng besar tersebut, ternyata ada seorang wanita tua yang menjepit bola di dalam lonceng hingga tidak terdengar bunyinya. Saat lonceng tersebut dipukul, wanita ini menjepitkan dirinya di dalam lonceng besar itu. Wanita tua itu tak lain adalah ibu sang pemuda yang akan dihukum!!! Akhirnya, pemuda tersebut dibebaskan dari hukumannya karena lonceng tersebut tidak juga berbunyi, sesuai dengan peraturan yang ada. Begitu besarnya cinta Ibu itu terhadap anaknya, hingga dia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menyelamatkan anak yang dikasihinya.  Ibu itu melambangkan Tuhan kita, Yesus Kristus yang telah rela membayar harga yang seharusnya menjadi tanggungan kita, dengan mati di kayu salib, agar kita diselamatkan. Seharusnya, kitalah yang sepatutnya digantung, kitalah yang sepatutnya disalib! Namun cinta Tuhan amat besar bagi kita, Cintanya tiada batasnya bagi kita anak-anak Nya.

Yohanes 3:16. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal?  Yohanes 4:9. "Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
Roma 8:39. "Atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Kasih anak sepanjang penggalah ... Kasih ibu sepanjang abad ... Kasih Tuhan sepanjang masa. (Anonim)

Buah Delima Yang Manis


Walaupun bijinya sangat manis, tapi mereka terpisah dalam ruang kecil dibatasi kulit tipis kuning yang sangat pahit rasanya. Jika Anda mencoba menggigit buah delima, Anda akan merasakan pahitnya. Namun bila dimakan satu persatu bijinya, memang sangat enak. Ini persis dengan kehidupan. Anda tidak dapat mengalami keseluruh kehidupan satu hari sekaligus Anda tidak dapat sembuh dari kehilangan orang yang anda sayangi dalam satu malam. Kehilangan adalah suatu proses ... hanya sambil belajar mengalami hidup Anda lagi, sehari demi sehari ... maka Anda mengatasi kehilangan itu dan mulai membangun kehidupan baru. Kenyataan sederhana bahwa Anda tidak dapat mengalami kehidupan Anda dalam satu bongkahan. Tapi sehari demi sehari ... Ini berarti ketekunan dan kesabaran untuk membangun jenis kehidupan yang Anda inginkan.

Jika Anda mengalami suatu masalah hari ini, janganlah berusaha untuk menyelesaikannya dalam satu gumpalan. Coba penyelesaian hari ini ... pada hari ini saja dan Anda sudah jauh lebih maju menuju pemecahan masalah Anda.

Jika Anda melihat ke depan kepada semua masalah Anda ... maka hidup bisa kelihatan besar dan luar biasa beratnya. Tapi Anda tidak usah harus menanggung masalah-masalah kehidupan itu semua. Anda cuma harus menanggung dan mengatasi masalah Anda dalam satu hari ini. Hidup sepanjang mil bisa menjadi kesengsaraan namun hidup setiap inci adalah suatu yang mudah !! Anda tidak perlu memecahkan masalah kehidupan Anda ... yang Anda perlukan adalah menghadapi dan mengatasi masalah hari ini.
(Anonim)

Bermimpi

Ada seorang gadis kecil berdiri di pinggir keramaian selagi ayahnya memberikan suatu kesaksian tentang apa yang telah diperbuat Tuhan Yesus dalam hidupnya. Dia menyaksikan bagaimana Tuhan telah menyelamatkan dia dan menarik dia dari gaya hidupnya sebagai seorang pemabuk. Pada hari itu ada seorang sinis yang berdiri di antara kerumunan tersebut yang tidak tahan lagi mendengar segala omong kosong tentang agama tersebut. Dia berteriak, "Kenapa anda tidak duduk dan diam saja, orang tua. Anda hanyalah bermimpi."
                  Tak beberapa lama, orang skeptik ini merasa ada tarikan di lengan jaketnya. Dia menoleh ke bawah dan ternyata itu adalah gadis kecil ini. Anak itu menatapnya lekat-lekat dan berkata, "Tuan, itu adalah ayah saya yang anda bicarakan. Anda mengatakan ayah saya seorang pemimpi? Biar saya ceritakan kepada ada tentang ayah saya. "Ayah saya dulu seorang pemabuk dan malam-malam pulang ke rumah, dan memukuli ibu saya. Ibu menangis sepanjang malam. Dan Tuan, kami tidak memiliki pakaian-pakaian bagus untuk dipakai karena ayah saya membelanjakan seluruh uangnya untuk whiski. Kadang-kadang saya bahkan tidak memiliki sepatu untuk dikenakan ke sekolah. Tapi lihatlah sepatu dan baju ini! Ayah saya mempunyai pekerjaan yang baik sekarang!".
            Lalu sambil menunjuk ke suatu arah, dia mengatakan, "Apakah anda melihat seorang wanita yang sedang tersenyum di sana? Itu adalah ibu saya. Dia tidak menangis sepanjang malam lagi sekarang. Sekarang dia menyanyi." Kemudian suatu pukulan yang hebat. Anak itu berkata, "Yesus telah merubah ayah saya. Yesus telah merubah rumah kami. Tuan, jika ayah saya sedang bermimpi, tolong jangan bangunkan dia!"
(Anonim)

Di Belakang Layar


Lima orang bersaudara hidup dengan tentram di sebuah kaki gunung. Orang tua mereka yang sudah meninggal, mewariskan 1.5 ha sawah dan ladang untuk diolah. Sawah dan ladang itu terletak agak jauh dari rumah sehingga mereka harus berangkat bekerja di sawah pada pagi hari. Atas kesepakatan bersama, si sulung memerintahkan kepada si bungsu untuk tinggal di rumah selama mereka bekerja di sawah. Si bungsu menyetujui dan menyambut gembira keputusan tersebut. Setiap kali kakak-kakaknya pulang dari bekerja, mereka pasti sudah menemukan rumah mereka yang sudah bersih, rapi, dan terasa nyaman. Di atas meja makan sudah tersedia makanan dan minuman untuk mereka semua, tempat tidur rapi semuanya, dan pakaian-pakaian kotor sudah dicuci dan digosok semuanya. 
Tetapi rupanya salah seorang kakak berpikiran jelek dan curiga terhadap si bungsu. "Si bungsu curang, dia tidak mau ikut ke sawah dan hanya mau bermalas-malasan saja di rumah," pikir seorang kakaknya.
Setelah berhasil mempengaruhi saudara-saudaranya yang lain, diputuskanlah bahwa mereka semua harus berangkat ke sawah termasuk si bungsu. Ketika kembali ke rumah mereka menemukan rumah yang berantakan, tidak terurus, meja makan kosong. Mereka menyadari bahwa adik bungsu mereka yang selama ini dianggap tidak berguna, kini baru terasa bahwa dia memiliki peranan penting.
Jangan pernah meremehkan orang-orang yang bekerja di belakang layar, yang tidak begitu menonjol pekerjaannya. Lihatlah siapa saja di rumah anda yang kelihatannya paling "tidak berguna", mungkin itu adalah orangtuamu yang sudah tua, kakek, nenek yang kelihatannya hanya duduk-duduk sepanjang hari, pembantu yang pekerjaannya kelihatan tidak terlalu berharga, petugas kebersihan di gereja, pendoa yang tidak pernah kelihatan tampil di depan atau siapapun yang pernah anda remehkan. Belajar untuk melihat sisi baik kehadiran mereka dan bagaimana mereka kalau tidak ada di rumah atau di gereja anda. Tanpa sadar kita sering berkata dengan sombongnya, "Biarkan saja dia pergi, biarkan dia keluar! Toh di rumah ini dia tidak berguna?" atau "Untuk apa ditahan-tahan, masih banyak orang yang bisa mengerjakan apa yang dia kerjakan." Suatu saat kita akan merasakan bahwa kita telah kehilangan orang-orang terbaik yang pernah ada di rumah atau di gereja kita. Semua kita telah diperlengkapi dengan keahliaan masing-masing yang berbeda dengan maksud agar bisa saling bekerjasama, saling melengkapi dan saling menolong. Walaupun ada sebagian orang yang tidak terlalu menonjol dalam keahlian tertentu tapi belajarlah untuk menghargai manfaat dari kehadiran mereka dan kemampuan yang dipercayakan kepada mereka. Doa: Ya Tuhan aku bersyukur untuk orang-orang yang Tuhan tempatkan di sekelilingku. Berilah aku hati yang bisa menghargai keberadaan mereka dan tidak meremehkan meskipun kelihatannya apa yang mereka lakukan bernilai kecil. Ajarilah aku untuk selalu dapat bekerjasama dengan orang lain. Dalam nama Yesus aku memohon, Amin. (Anonim)

Sistem Poin


Seorang pria meninggal dunia dan rohnya pergi ke Surga. Di gerbang Surga ia disambut oleh Petrus. Petrus berkata, "Inilah syarat untuk masuk ke Surga. Engkau memerlukan 100 poin untuk masuk. Caranya, sebutkan semua perbuatan baik yang telah engkau lakukan semasa hidupmu. Tiap-tiap perbuatan baik akan diberi poin sesuai dengan derajat kebaikannya. Kalau engkau sudah mencapai 100 poin maka engkau berhak menjadi penghuni Surga." "Baiklah," kata orang tersebut, "saya telah menikah selama 50 tahun dan tidak pernah berselingkuh maupun berbohong terhadap istriku walau di dalam pikiran sekalipun." "Itu bagus," kata Petrus, "nilainya 3 poin!" "Tiga poin?!" kata orang itu dengan sedikit kecewa. "Baiklah, saya selalu hadir dalam setiap kebaktian Minggu selama hidup saya. Saya selalu membayar perpuluhan dan mendukung penuh pelayanan pekerjaan Tuhan di gereja."
"Luar biasa!" kata Petrus. "Hal ini sudah pasti menghasilkan 1 poin." "Satu poin?!?" keluhnya; sekarang ia benar-benar merasa cemas. "Saya menjadi pelopor dapur umum untuk orang-orang miskin di kota saya dan saya bekerja di tempat penampungan untuk para veteran perang yang tidak punya rumah." "Hebat! Itu berarti engkau memiliki tambahan 2 poin lagi," kata Petrus."Dua poin!?" orang itu berteriak. "Dengan sistem penilaian seperti ini, satu-satunya cara untuk dapat masuk ke Surga hanyalah dengan kasih anugerah Tuhan!" Petrus mengangguk dan berkata, "Tepat, 100 poin untuk engkau! Masuklah anakku." (Anonim)

Manusia Kaleng


Ini cerita tentang seorang pria yang bekerja di pabrik besar. Saya sudah melihat dia selama beberapa tahun tapi tidak pernah menaruh perhatian padanya. Saya menganggap orang ini sedikit aneh. Sedikit pendek. Sedikit kotor. Selalu memakai topi tua bewarna merah. Dan selalu membawa sebuah kantong sampah. Dia berjalan keliling di pabrik tua yang besar tersebut pada waktu istirahat dan makan siangnya.

Hari demi hari, bulan demi bulan selama bertahun-tahun. Hari panas, hari dingin. Selama bertahun-tahun saya mengikutinya ketika dia berjalan ke mobil pickup tua-nya pada hari yang sangat dingin dengan salju turun. Dia ada di sana dengan banyak kantong sampah penuh berisi kaleng-kaleng aluminium. Dia melemparnya ke belakang mobilnya dan masuk ke dalam. Kemudian saya mengambil mobil saya dan kemudian kami balapan sampai ke pintu keluar dari tempat parkir yang luas dan kosong ini.

Hari ini, saya sedang memperbaiki sebuah mesin rusak di pabrik ini dan manusia kaleng ini datang dengan kantongnya memunguti kaleng-kaleng. Manajer saya berdiri di sana karena mesin yang sedang saya perbaiki sudah "macet" selama beberapa jam, dia khawatir produksi akan terganggu. Saya sudah selesai memperbaiki ketika berdiri dan mendengar manajer saya bertanya kepada manusia kaleng tersebut apa yang diperbuatnya terhadap kaleng-kaleng tersebut. Saya tidak pernah memikirkan pertanyaan tersebut karena saya selalu berasumsi bahwa manusia kaleng ini akan menghancurkan kaleng-kaleng tersebut di tempat daur ulang. Manusia kaleng tersebut menjawab, "Saya memberikan kaleng-kaleng ini ke tetangga saya, dia menderita epilepsi dan tidak dapat memperoleh pekerjaan." Saya terkejut, "Maksudnya kamu mengumpulkan semua kaleng-kaleng itu selama bertahun-tahun untuk memberikannya kepada tetanggamu???"

"Ini tidak membantu banyak," dia berkata, "tapi saya memberikan semua kepadanya. Dia tidak dapat bekerja. Dia memiliki banyak kekurangan." Tepat di sana, di pabrik itu, saya menemukan diri saya seperti ditampar di hadapan Yesus. Manusia kaleng ini mengenakan kaos dan sebuah topi tua merah dan memegang sebuat kantong sampah penuh dengan kaleng-kaleng aluminium, dan dia menyatakan Kristus!

Sungguh satu momen yang paling merendahkan hati saya seumur hidup.
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
(1 Samuel 16:7). (Anonim)